Rabu, 25 Maret 2015

ANALISIS KASUS PRODUK TYLENOL JOHNSON & JOHNSON

MOHAMAD FAISAL ISLAM
125120202111007
Pada umumnya situasi krisis membuat reputasi perusahaan menjadi memburuk namun tidak pada kasus tylenol milik Johnson & Johnson yang justru mendapatkan dukungan dan pujian publik serta mengubah situasi krisis menjadi sebuah kesempatan.
Isu eksternal melanda Johnson and Johnson terkait dengan kasus tylenol yang merupakan deffensive issue yaitu isu-isu yang cenderung memunculkan ancaman terhadap organisasi (Kriyantono,2012:158). Isu ini muncul karena harapan publik yang tidak terpenuhi mengenai produk tylenol yang seharusnya menyehatkan konsumennya tapi justru menyebabkan kematian karena kandungan sianida di daerah Chicago pada bulan September 1982. Pada awalnya hanya tiga kematian yang terjadi akibat dari keracunan sianida. Seiring berita yang semakin menyebar, sebanyak 250 kematian dan penyebab sakit di beberapa bagian di Amerika yang dicurigai sebagai bagian dari pola penyebaran. Meskipun sebenarnya pernyataan dari media sendiri adalah lebih dari 2500.
Isu muncul karena media memberitakan 3 kematian dan 250 kematian serta penyebab sakit akibat kandungan sianida dalam tylenol tersebut. Isu ini berkembang menjadi krisis yang yang awalnya terlihat seperti krisis produk tamper yaitu krisis disebabkan oleh kesalahan produk,seperti produk yang mengandung zat berbahaya (Kriyantono, 2012:178). Namun, pada perjalanannya ternyata krisis ini disebabkan oleh faktor malevolence.
Menurut Regester & Larkin (2008) dikutip dari Kriyantono (2012:159-161) kasus Tylenol pada perusahaan Johnson &Johnson ini dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahap isu, yaitu :
1.      Tahap origin (potential stage).
Pada tahap ini, seseorang atau sekelompok orang mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Tahap ini berawal dari pemberitaan media massa mengenai 3 kematian dan disusul dengan 250 kematian dan penyebab sakit dikarenakan kandungan sianida pada produk tylenol milik Johnson & Johnson.
2.      Tahap mediation dan amplifying (imminent stage/emerging)
Di tahap ini isu sudah mempunyai dukungan publik, yaitu ada kelompok yang lain saling mendukung dan memberi perhatian. Kasus ini menarik perhatian Wall Street Journal yang menulis: “perusahaan lebih memilih untuk kehilangan dalam jumlah yang besar daripada mengambil resiko hingga lebih banyak orang yang terkena”. Sehingga membuat gerakan “anti-perusahaan” mengalami kesulitan dalam mengkuadratkan teori-teori yang melebih-lebihkan (provokator) dalam kasus tylenol ini. Tahap mediasi tidak begitu terlihat begitu meletup karena respon Johnson & Johnson yang cukup baik. 
3.      Tahap organization (current stage dan crtical stage)
Pada tahap ini publik sudah mulai mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan.  Current stage : isu berkembang menjadi lebih populer karena media massa memberitakannya berulang kali dan berbagai interaksi di media sosial dan jaringan. Critical stage : publik mulai terbagi dalam dua kelompok setuju dan menentang. Pada tahap ini media massa cukup menaruh perhatian ada Johnson & Johnson namun bukan justru menyerang Johnson & Johnson tapi memberikan apresiasi terhadap perusahaan tersebut. Isu ini dapat diputar balik oleh Johnson & Johnson menjadi kesempatan bukan justru menjadi tahap jatuhnya reputasi.
Johnson & Johnson menarikan kembali jutaan botol kapsul Tylenol. Perusahaan melaporkan bahwa mereka menghabiskan setengah juta dollar dalam memberitahu pihak dokter, rumah sakit dan distributor mengenai bahaya yang mungkin terjadi (Regester & Larkin,2008). Hal ini membuktikan bahwa Johnson & Johnson bertindak cepat saat krisis terjadi dan memiliki skenario kemungkinan terburuk dan bertanggung jawab atas publik mereka. 
4.      Tahap resolution (dormant stage) :
pada dasarnya organisasi dapat mengatasi isu dengan baik  dan pemberitaan media mulai menurun. Meskipun Johnson & Johnson mengalami kerugian karena menarik kembali produknya dan menginformasikan ke berbagai pihak tapi respon Johnson & Johnson dalam mengatasi isu sangat baik dengan menomorsatukan publiknya dibandingkan dengan reputasi sehingga ketika kepercayaan publik telah didapatkan kembali reputasi baik juga akan menyusul setelahnya. 
Jenis dan Tahapan Krisis
Awalnya krisis ini terlihat seperti krisis yang disebabkan oleh produk tamper namun setelah diteliti krisis ini diakibatkan oleh malevolence yaitu kejadian dimana seseorang atau sekelompok orang mempunyai keinginan untuk menjatuhkan dan membahayakan perusahaan (Kriyantono,2012:177).
kategori krisis karena indikator berikut yang dikutip dari Kriyantono (2012:174), yaitu :
a.       Peristiwa yang spesifik : kematian 7 orang akibat kandungan sianida pada tylenol
b.      Krisis bersifat tidak diharapkan dan dapat terjadi setiap saat : situasi ini baru diketahui setelah ada korban dan diinformasikan oleh media massa.
c.       Krisis menciptakan ketidakpastian informasi :
d.      Menimbulkan kepanikan :isu yang berkembang membuat konsumen berhati –hati dan mengasosiasikan tylenol dengan produk beracun.
e.      Menimbulkan dampak bagi operasional organisasi : dengan menarik seluruh produk tylenol perusahaan Johnson & Johnson mengalami kerugian
f.        Berpotensi menimbulkan konflik : johnson & Johnson memanajemen isu dengan baik sehingga tidak sempat menimbulkan konflik
Krisis di perusahaan Johnson & Johnson ini bisa dimasukkan ke dalam tahapan isu yakni :
a.         Tahap pra krisis (pre-crisis)
Tahap pra krisis terjadi ketika situasi serius mulai muncul dan organisasi menyadarinya. Pada tahap ini, anggota organisasi baik karyawan maupun pimpinan manajemen telah mengetahui tanda-tanda akan terjadinya krisis. Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Di tahap ini, dimungkinkan mereka melakukan tindakan-tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap  penting. Diberitakannya produk tylenol yang mengandung sianida dan awalnya menyebabkan 3 kematian hingga jumlah akhir diberitakan yakni 7 korban diikuti sebelumnya dengan pemberitaan 250 kematian dan penyebab sakit telah menyita perhatian publik dan konsumen lalu menyadari dan berhati-hati bila Tylenol telah mengandung racun.
b.        Tahap krisis (acute crisis)
Tahap krisis (acute crisis) terjadi ketika situasi tidak dapat dimanajemen dengan baik oleh organisasi sehingga situasi tersebut menyebar luas ke luar organisasi. Krisis terjadi di eksternal perusahaan Johnson & Johnson dan lebih dahulu diketahui oleh media. Produk tylenol diduga menjadi penyebab kematian 7 orang dan diberitakan oleh media massa merupakan penyebab dari 250 kasus kematian dan penyebab sakit.
c.         Tahap pascakrisis (post-crisis)
Terjadi ketika krisis sudah terakumulasi dan organisasi berupaya mempertahankan citranya. Pada masa ini organisasi berupaya untuk memperbaiki segala akibat yang ditimbulkan krisis (recovery). Johnson & Johnson menarik semua produk tylenol dan melakukan pengujian  8 juta tablet, Johnson & Johnson’s menemukan tidak lebih dari 75 tablet yang terkontaminasi dan semua berasal dari satu kumpulan. Perusahaan melaporkan bahwa mereka menghabiskan setengah juta dollar dalam memberitahu pihak dokter, rumah sakit dan distributor mengenai bahaya yang mungkin terjadi. Pada saat yang sama, Wall Street Journal menulis: “perusahaan lebih memilih untuk kehilangan dalam jumlah yang besar daripada mengambil resiko hingga lebih banyak orang yang terkena. Perusahaan juga mengumumkan bahwa orang gila yang sudah mengkontaminasi kapsul sudah ditangkap.
Pada saat yang sama pemerintah Amerika dan otoritas lokal di Chicago dan sekitarnya mendesak adanya hukum baru tentang keamanan obat. Johnson & Johnson’s melihat peluang pemasaran dan mengambil kesempatan ini  dengan memojokkan pesaing mereka dengan pasar analgesik senilai $1,2juta. Ini merupakan hal pertama dalam suatu industri, setelah penarikan kembali, untuk memenuhi ‘mandat nasional’ untuk memperbaiki pengemasan yang kedap dan regulasi baru yang dikenakan oleh FDA Amerika (Badan Obat dan Makanan). Johnson & Johnson’s kemudian meluncurkan produk mereka dan memenangkan Silver Anvil Award dari Public Relations Society of America untuk penanganan krisis yang sudah mereka lakukan. Selama lima bulan bencana terjadi, perusahaan sudah memulihkan 70% dari sepertiga saham mereka dalam pasar.
Apa yang Perusahaan Lakukan dan Pelajaran yang diambil
Langkah Johnson & Johnson sangat baik dalam situasi krisis ini, mereka membuktikan bahwa publik mereka lebih penting sehingga krisis bisa menjadi sebuah kesempatan besar bagi Johnson & Johnson bukan menjadi musibah. Beberapa respon yang sudah dilakukan Johnson & Johnson yaitu :
1.      Menarik semua produk tylenol di Amerika dan melakukan pengujian terhadap 8 juta tablet
2.      Bertanggung jawab atas perawatan rumah sakit para korban
3.      Mematuhi peraturan baru FDA untuk memperbaiki pengemasan yang kedap dan regulasi baru yang dikenakan oleh FDA Amerika (Badan Obat dan Makanan). Johnson & Johnson’s kemudian meluncurkan produk mereka dan memenangkan Silver Anvil Award dari Public Relations Society of America untuk penanganan krisis yang sudah mereka lakukan.
Perusahaan telah menerapkan prinsip worst case scenario  dengan baik terbukti dengan respon cepat dari Johnson & Johnson dan mereka mengerti langkah apa yang seharusnya diambil. Kepentingan publik juga dinomorsatukan dalam kasus ini daripada reputasi sehingga bukannya diserang oleh media tapi justru mendapatkan apresiasi dari media massa. Perusahaan juga membayar semua biaya rumah sakit para korban sebagai bentuk tanggung jawab. Publik merasa cemas dan berhati-hati pada produk tylenol milik Johnson & Johnson namun, perusahaan mengantisipasi hal tersebut dengan memberikan informasi kepada pihak dokter, rumah sakit dan distributor mengenai bahaya yang mungkin terjadi. Selain itu, perusahaan juga menarik seluruh produk tylenol di Amerika sehingga kepercayaan dan harapan publik cukup terpenuhi.
Rencana komunikasi krisis telah dimiliki oleh Johnson & Johnson dan terlihat ketika diawal isu muncul dengan memberitahukan akan menarik seluruh produk tyenol lalu menginformasikan kepada dokter, rumah sakit, dan distributor mengenai bahaya yang mungkin terjadi untuk mengambil sikap antisipasi dan agar tidak menjatuhkan banyak korban jiwa lainnya.
Pendekatan komunikasi dan hukum secara bijaksana sudah dilakukan oleh Johnson & Johnson dengan bertanggung jawab atas kematian dan korban sakit lainnya. Selain itu, perusahaan juga mematuhi peraturan baru yang diberlakukan oleh FDA terkait kemasan. Hal ini menunjukkan kredibilitas Johnson & Johnson dimata publiknya. Segala yang dilakukan oleh Johnson & Johnson sangat baik dibuktikan dengan penghargaan yang mereka dapat yaitu Anvil Award dari Public Relations Society of America karena penanganan krisis yang baik oleh Johnson & Johnson. Perusahaan juga berhasil memenangkan kembali kepercayaan publik dibuktikan dengan memulihkan 70% dari sepertiga saham mereka dalam pasar selama lima bulan.
REFERENSI :
Kriyantono, Rachmat. 2012. Public Relations & Crisis Management. Jakarta: Kencana
Regester, M & Larkin, J. 2008. Risk Issues and Crisis Management in Public Relations: A Casebook of Best Practice. London: Kogan Page

Tidak ada komentar:

Posting Komentar