Pendahuluan
Era saat ini derajat sosial tidak
hanya diukur dari kekayaan, tingakat pendapatan, atau aset yang dimilikinya.
Namun, derajat sosial seorang dapat diukur dari apa yang digunakannya,
dikonsumsinya dan yang melekat pada tubuhnya. Sebagai contoh seorang yang
berpenghasilan minim namun makan di sebuah restoran bonavit kita akan
memandangnya sebagai orang kaya. Begitu juga pada Iphone di era sekarang ini.
Arus
globalisasi berkembang dengan sangat cepat seiring perkembangaan teknologi yang
juga semakin canggih. Merek-merek eropa mengeluarkan berbagai alat
telekomunikasi yang sangat kreatif.
Smartphone pun muncul menjadi suatu hal yang fenomenal karena
mobilitasnya.Tak mau kalah negara-negara di asia pun ikut berlomba dalam
memperebutkan pasar smartphone seperti Korea Selatan dengan Samsung dan China
dengan ZTC.
Masyarakat
Indonesia yang menjadi target pasar yang sangat besar oleh produk-produk yang
tersebut pun berhasil mereka raih dalam waktu yang relative cepat. Hal ini
berkaitan dengan budaya masyarakat kita yang mulai terhegemoni oleh keberadaan
gadget-gadget tersebut.
Salah
satu perusahaan asal amerika yaitu Apple yang terkenal dengan Steve Jobs
sebagai pahlawannya memunculkan berbagai
produk gadget yang memiliki brand equity tinggi.
Salah satunya Iphone yang memiliki beberapa generasi hingga saat ini
mengeluarkan generasi kelima yaitu iPhone 5s.
Sejarah
mengenai iPhone dimulai saat Steve Jobs, CEO dari Apple Inc. memerintahkan
ilmuwan-ilmuwan Apple untuk mempelajari secara lebih mendalam teknologi layar
sentuh. Pengembangan dari unit iPhone itu sendiri dimulai nyaris 10 tahun
sebelum iPhone pertama diluncurkan di pasaran. Pada tahun 1999, Apple
mematenkan hak untuk menggunakan nama domain iphone.org Beberapa tahun
kemudian, Apple mengumumkan rencana mereka untuk berinvestasi dalam bisnis
telepon genggam.
Apple
mengejutkan dunia pada tanggal 29 Juni 2007 saat mereka memutuskan untuk
terang-terangan terjun ke dalam kancah persaingan bisnis telepon genggam.
Secara ekslusif Apple menggaet AT&T Wireless sebagai mitranya untuk
memasarkan iPhone 2G. Saat pertama kali dikembangkan, Apple hendak menjadikan
iPhone unit telepon genggam yang memadukan fitur entertainment iPod dengan
fungsi komunikasi sebuah telepon genggam. Lebih lagi iPhone 2G dilengkapi
kamera berukuran 2 megapixel untuk kebutuhan foto. Pada akhir tahun 2007,
iPhone sukses menjual lebih dari 3 juta unit iPhone 2G. Tidak berhenti sampai
disitu saja, pada pertengahan tahun 2008, penjualan iPhone 2G bahkan menembus
angka 6 juta unit. Walau terbilang revolusioner dan sukses sebagai unit telepon
genggam yang mengkhususkan diri pada fitur hiburan dan akses internet, iPhone
2G dikritik khalayak ramai dan pengguna karena kemampuan akses internetnya yang
masih terbatas.
Hingga
pada tahun 2012 iPhone mengeluarkan generasi baru yaitu Iphone 5 yang kemudian
disusul oleh adiknya yaitu Iphone 5s atau generasi Iphone paling mutakhir sampai
saat ini.
Maraknya pengguna iphone menjadikan
budaya baru, yakni budaya kontemporer. Kebanyakan dari mereka yang menggunakan
iphone sebagai telepon genggang dengan alasan desain iphone yang terkesan
elegan, banyak fitur yang mendukung, dan alasan lifestyle lainnya.
Namun hal ini tidak mempengaruhi
sebagian kelompok masyarakat yang ada di Indonesia. salah satunya Masyarakat
Baduy. Masyarakat Baduy menolak adanya teknologi yang masuk ke dalam kehidupan
mereka. Mereka tetap mempertahankan budaya leluhur yang turun menurun diajarkan
oleh nenek moyang mereka.
Mengapa
hal ini dapat terjadi? Dari mana awal mulanya segala perubahan ini? Siapa yang masih bertahan? Bagaimana indepedensi
masyarakat Suku Baduy menghadapi hal ini?
Fenomena
ini tentu layak jika dikaji dengan kajian cultural
studies. Fokus studi kajian budaya (CS) ini adalah pada aspek
relasi budaya dan kekuasaan yang dapat dilihat dalam budaya pop. Banyaknya
masyarakat yang menggunakan iphone akan terkonstruksi secara kognitif tentang
kemewahan iphone. Dapat diartikan mereka tidak melihat hakikat iphone sebagai
layaknya telepon genggam. Akhirnya menjadi hegemoni dimasayarakat umumnya.
Pembahasan
Awal
perubahan ini dimulai dari adanya iklan-iklan yang dapat dilihat di berbagai
media sosial sehingga masyarakat melihat hal ini menjadi suatu yang baru dan
mewah dari cara produk-produk tersebut membranding produk mereka. Dan tak lepas
dari kebiasaan masyarakat Indonesia
IPhone adalah telepon genggam
revolusioner yang diproduksi oleh Apple Inc. yang memiliki fungsi kamera,
pemutar multimedia, SMS, dan voicemail. Selain itu telepon ini juga dapat
dihubungkan dengan jaringan internet, untuk melakukan berbagai aktivitas
misalnya mengirim/menerima email, menjelajah web, dan lain-lain. Antarmuka
dengan pengguna menggunakan layar sentuh multi-touch (atau bisa juga disebut
dengan layar sentuh kapasitif) dengan papan ketik virtual dan tombol.
Iphone
pun menjelma menjadi trend di kalangan remaja saat ini. Dengan kata lain konsep
iphone yang hakikatnya sebagai alat komunikasi menjadi pudar. Tentu bisa saja
jika kita lebih mengutamakan kegunaannya, kita dapat memilih menggunakan merk
telepon genggam lainnya yang notabene lebih murah secara finansial.
Fenomena
ini tentu berimplikasi pada adanya gengsi dalam menggunakan alat komunikasi.
Maraknya pengguna iphone ini akan merekonstruksi penggunanya menjadi seorang
yang derajatnya lebih tinggi dimata sosial. Karena zaman sekarang ini seorang
akan memiliki derajat yang lebih tinggi dimata sosial tidak hanya diperoleh
dari banyaknya harta yang dimiliki, namun apa yang dikonsumsinya juga akan
mempengaruhi ketinggian derajat dimata social, termasuk penggunaan iphone
sebagai telepon genggam.
Baduy
merupakan sebuah kelompok masyarakat yang terletak di wilayah
Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan
108°3’9” – 106°4’55” BT. Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di
desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak
sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari
Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL)
tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah
rata-rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah
endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu
rata-rata 20°C. Wilayah suku baduy sendiri terbagi kedalam 2 daerah yaitu suku
baduy dalam dan baduy luar. Suku baduy dalam merupakan suku baduy yang
benar-benar masih menjaga pikukuhnya sedangkan suku baduy luar merupakan suku
baduy yang sudah berbaur dengan masyarakat sekitarnya.
Sebutan "Baduy" merupakan
sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut,
berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka
dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah
(nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy
yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka
menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai
dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung
mereka seperti Urang Cibeo(Garna, 1993).
Suku baduy dalam di kenal sangat
taat mempertahankan adat istiadat dan warisan nenek moyangnya. Mereka memakai
pakaian yang berwarna putih dengan ikat kepala putih serta membawa golok.
Pakaian suku baduy dalam pun tidak berkancing atau kerah. Uniknya, semua yang
di pakai suku baduy dalam adalah hasil produksi mereka sendiri. Biasanya para
perempuan yang bertugas membuatnya. Suku baduy dalam di larang memakai pakaian
modern. Selain itu, setiap kali bepergian, mereka tidak memakai kendaraan
bahkan tidak pakai alas kaki dan terdiri dari kelompok kecil berjumlah 3-5
orang.
Orang Baduy dalam juga terkenal
teguh dalam tradisinya. Mereka selalu berpakaian warna putih dengan kain ikat
kepala serta golok. Semua perlengkapan ini mereka buat sendiri dengan tangan.
Pakaian mereka tidak berkerah dan berkancing, mereka juga tidak beralas kaki.
Meraka pergi kemana-mana hanya berjalan kaki tanpa alas dan tidak pernah
membawa uang, jadi mereka tidak pernah menggunakan kendaraan. Masyarakat luar sulit sekali masuk wilayah
Baduy dalam apa lagi mengambil fotonya.
Ada semacam ketentuan tidak tertulis bahwa ras keturunan Mongoloid,
Negroid dan Kaukasoid tidak boleh masuk ke wilayah Baduy Dalam. Jika semua
ketentuan adat ini di langgar maka akan kena getahnya yang disebut kuwalat atau
pamali adalah suku Baduy sendiri. Kepercayaan mereka adalah Sunda Wiwitan,
mereka tidak mengenal sekolah, huruf yang mereka kenal adalah Aksara Hanacara
dan bahasanya Sunda.
Peraturan adat sangat menentukan
dalam sikap hidup suku Baduy, baik untuk keseimbangan hidup antar sesama maupun
kelestarian kehidupan alamnya. Kehidupan sehari-harinya bersahaja. Barangbarang
“modern” seperti sabun, kosmetik, piring, gelas dan peralatan pabrik dilarang
dipakai. Tak ada listrik, radio dan televisi. Semuanya itu tabu (pamali).
Meskipun anti teknologi, namun
ikatan masyarakat Baduy terhadap penduduk luar sangatlah erat dan tetap
bersifat kekeluargaan, tidak ada isolasi yang membuat mereka terasing. Hal ini
juga yang membuat rutinnya kegiatan Seba di masyarakat Baduy, yaitu kegiatan
yang diadakan setahun sekali untuk mengantarkan hasil bumi kepada Gubernur
Banten. Orang Baduy juga biasa berkelana ke kota besar di sekitar mereka untuk
berjualan dan hanya ditempuh dengan jalan kaki hingga berkilo-kilo meter. Dulu
para orang Baduy hanya menggunakan sistem barter dalam memenuhi kebutuhan
mereka, namun sekarang beberapa penduduknya telah menggunakan uang rupiah untuk
berjualan.
Kesimpulan
Sejatinya
manusia sebagai individu berhak memilih jalan apapun dan cara apapun terhadap kehidupannya,
bagaimana meraih sesuatu atau bagaimana menjalaninya. Namun fungsionalitas
terhadap suatu hal juga harus dipertimbangkan secara bijaksana agar tidak
menghilangkan manfaat yang didapatkan dari apa yang dimiliki.
Cara
pandang individu perlu direkonstruksi agar dapat melihat secara objektif tanpa
mengesampingkan nilai-nilai yang ada disekitarnya yang bisa jadi dapat membuat kesalahan
dalam penyimpulan terhadap sesuatu.
Masyarakat
Baduy dapat menjadi contoh bahwa hidup bukan hanya apa yang individu gunakan,
apa yang individu konsumsi, dan apa yang melekat pada diri individu tersebut.
Namun masyarakat Baduy memberikan pelajaran bahwa hidup jauh lebih besar dari
itu semua. Nilai-nilai yang diajarkan leluhur masyarakat Baduy turun menurun
mereka jaga dan terus dilestarikan sehingga menjadikan sebuah kehidupan yang
tenang dan bahagia dengan damai.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Garna,
Judistira. 1993. “Masyarakat Baduy di Banten” dalam Masyarakat Terasing di
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
·
Yani,
Nastri. 2013. Sejarah dan Perkembangan Iphone http://nastri93.blogspot.com/2013/03/sejarah-dan-perkembangan- iphone.html (12 April 2014:21.44).
·
Pertiwi,
Raiesa.2011. Ketertutupan Suku Baduy Terhadap Teknologi. http://hidungkugedesx.blogspot.com/2011/06/ketertutupan-suku-baduy- terhadap.html (11 April 2014:22.33).