Rabu, 01 April 2015

ANALISIS KASUS CELEBRITY BIG BROTHER

Mohamad Faisal Islam
125120202111007
Isu berawal ketika Shilpa Shetty yang dipanggil sebagai “si Indian” oleh teman serumahnya dikarenakan dia sulit untuk menyebutkan namanya. Setelah episode selanjutnya, Ofcom menerima lebih dari 200 komplain atas tindakan bullying yang bersifat rasis oleh tiga teman serumahnya – angka yang sedikit apa bila dibandingkan dengan penonton acara tersebut, dengan penonton paling banyak berjumalh 8.2 juta penonton. 
Menurut Regester & Larkin (2008) dikutip dari Kriyantono (2012:159-161) kasus Big Brother 2007 ini dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahap isu, yaitu :
1.      Tahap origin (potential stage).
Pada tahap ini, seseorang atau sekelompok orang mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Sebanyak 200 komplain atas tindakan bullying yang meningkat menjadi 8000 komplain merupakan bentuk ekspresi publik terhadap isu yang berkembang (potential issue).
2.      Tahap mediation dan amplifying (imminent stage/emerging)
Di tahap ini isu sudah mempunyai dukungan publik, yaitu ada kelompok yang lain saling mendukung dan memberi perhatian. Keith Vaz MP gerakan dini hari nanti menyerukan produsen untuk mengingatkan teman serumah bagaimana berperilaku dengan tepat. Dan melarang tindakan rasis. Namun,kontroversi telah menyebar ke India, di mana Gordon Brown menyerukan toleransi selama kunjungan diplomatiknya. Hal ini menjadi meluas bertepatan dengan perjalanan Gordon Brown ke India
3.      Tahap organization (current stage dan crtical stage)
Pada tahap ini publik sudah mulai mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan.  Current stage : isu berkembang menjadi lebih populer karena media massa memberitakannya berulang kali dan berbagai interaksi di media sosial dan jaringan. Critical stage : publik mulai terbagi dalam dua kelompok setuju dan menentang.
Stupa atau patung Channel 4 dibakar dalam aksi protes. Kejadian ini merayap menjadi urusan diplomatis untuk pemerintahan Inggris, ketika kementrian India untuk urusan luar negeri mengatakan bahwa kejadian ini telah menyebabkan ‘kemarahan/kegeraman’. Ada beberapa keraguan tentang bagaimana kejadian ini dirasakan di India – Hindustian Times menyajikan halaman depan mereka dengan berita utama ‘Racist Attacks Trigger Outrage’ (serangan rasis menimbulkan kemarahan). Daily Express membuat headline ‘Desperate C4 Defend “cash cow” ‘, sedangkan Sun dengan “ National Disgrace” (aib nasional) . Times mengatakan Channel 4 telah ‘telah terlibat dengan baik dalam mempromosikan bully (intimidasi) secara rasis untuk meningkatkan rating atau bahkan lebih buruk, yaitu secara sengaja membuat daftar pemain yang akan menjadi pemain utama dalam tiap episodenya. Perubahan sikap yang terjadi dengan sendirinya dan hal ini berarti bahwa tidak hanya Jade Goody [ satu dari penghuni rumah] dan teman-temannya juga tetapi pihak saluran televisi mengambil keuntungan dengan menayangkan sikapnya yang berlebihan’
Critical stage : Beberapa opini yang menentang rasisme ini salah satunya adalah Sekretaris budaya, Tessa Jowell yang mengatakan bahwa rasisme ini yang disajikan sebagai hiburan, dan saya pikir itu menjijikkan serta Tony Blair yang setuju sepenuhnya dengan prinsip-prinsip yang digariskan dalam EDM diajukan oleh Keith Vaz. Ketua channel 4 muncul di BBC Today dan menolak pertanyaan.  Ofcom menegaskan 19.300 keluhan rekor untuk siaran televise dan sponsorship Big Brother, Carphone Warehouse menunda sponsor acara, mengutip kekhawatiran mengenai perilaku siaran individu dalam rumah hingga akhirnya Channel 4 mengumumkan bahwa ia akan membatalkan Celebrity Big Brother 2008.
4.      Tahap resolution (dormant stage) :
pada dasarnya organisasi dapat mengatasi isu dengan baik  dan pemberitaan media mulai menurun.
Pada 24 May 2007, Ofcom memutuskan bahwa Channel 4 telah melanggar kode etik Ofcom selama seri berlangsung. Badan Pengawas mengatakan Channel 4 telah membuat “ serious editorial misjudgements “dalam penanganannya, dapat disimpulkan kepada tiga kejadian:
-        1. Komentar yang menghina tentang masakan India Shetty
-       2. Salah satu kontestan memberitahu Shetty untuk ‘f*** off home’;
-       3.    Satu kontestan merujuk pada sebutan  Shilpa Poppadom

Sanksi undang-undang diberikan kepada Channel 4, mewajibkan mereka untuk menyiarkan penemuan Ofcom pada tiga kesempatan yang berbeda pada awal acara dimulai di seri Big Brother selanjutnya. Channel 4 dan Endemol meminta maaf dan menyetujui peraturan Ofcom. Pimpinan Luke Johnson berkata sanksi yang diberikan Ofcom sudah sesuai mengingat kejadian tersebut terjadi secara tidak sengaja dan bahwa pihak saluran tidak bertindak ceroboh. Channel 4 juga melakukan peninjauan sendiri dan mengumumkan bahwa mereka akan:
 
-          -    Menunjuk first viewer editor  dan meluncurkan program balasan yang tepat
-      -     Memperkenalkan kebijakan intervensi yang baru yang menjelaskan bagaimana acara akan secara serius menangani perkataan ataupun tindakan yang bersifat menyinggung
-         -   Menunujuk seorang petugas kesejahteraan senior yang mempunyai tugas untuk mengawasi penghuni rumah dan memberikan saran kepada produser tentang hal apapun
Keith Vaz MP mengatakan kepada Andy Duncan untuk meminta maaf kepada Shilpa Shetty dan mundur karena tindakannya. Komisi Persamaan Ras akan tetap mengawasi seri selanjutnya dari Big Brother untuk memastikan bahwa hal memalukan seperti ini tidak akan terulang kembali. Pada seri selanjutnya dari Big Brother, Pada akhirnya, Channel 4 memutuskan untuk tidak melanjutkan program di tahun 2008. Kepala program Julian Bellamy mengatakan barisan ras telah berekspektasi program ini terlalu tinggi “rasanya hal ini tidak pernah selesai padahal sudah berlangsung bertahun-tahun”. Dia membantah bahwa barisan ras telah membuatnya sulit untuk mendapatkan selebriti yang baru. Dia menambahkan: “jika kami menginginkan jalan yang mudah... kami bisa saja melakukan dua seri Big Brother lagi jika rating kami tetap sama setelahnya. Ini adalah keinginan penyiar pelayanan masyarakat dalam mencari hal yang baru dan menarik.” Dia membantah bahwa barisan ras telah menghalangi para selebriti untuk mengambil bagian dalam seri selanjutnya. Kejadian rasis yang terjadi pada Celebrity Big Brother tidak diragukan lagi sebagai katalis (sebagai pemercepat suatu reaksi) untuk antipasti dan ketidakpercayaan terhadap industri penyiaran Inggris.
Jenis dan Tahapan Krisis
Jenis krisis yang terjadi pada Celebrity Big Brother 2007 merupakan krisis malevonce yakni krisis yang terjadi apabila seseorang atau sekelompok orang mempunyai keinginan untuk menjatuhkan atau membahayakan organisasi  (Kriyantono,2012:177). Tindakan rasis oleh beberapa peserta Big Brother menjadi trigger dalam hal ini sehingga muncul menjadi isu potensial.
kategori krisis karena indikator berikut yang dikutip dari Kriyantono (2012:174), yaitu :
a.       Peristiwa yang spesifik : isu bullying dan rasis menyebabkan belasan ribu komplain publik Channel 4
b.      Krisis bersifat tidak diharapkan dan dapat terjadi setiap saat : dengan cepat komplain meningkat dan Channel 4 tidak bisa mengantisipasi krisis tersebut dengan cepat.
c.       Krisis menciptakan ketidakpastian informasi
d.      Menimbulkan kepanikan :isu yang berkembang membuat publik gerah dan melayangkan komplain mengenai tayangan Big Brother dan memicu opini dari berbagai pihak. Kemarahan publik juga terlihat dari aksi protes.
e.      Menimbulkan dampak bagi operasional organisasi : Channel 4 akhirnya tidak menayangkan kembali Big Brother.
f.        Berpotensi menimbulkan konflik : Konflik berlanjut pada hubungan diplomasi Inggris – India dan memburuknya reputasi serta kredibilitas Channel 4
Krisis pada Channel 4, program Big Brother 2007 ini bisa dimasukkan ke dalam tahapan isu yakni :
a.         Tahap pra krisis (pre-crisis)
Tahap pra krisis terjadi ketika situasi serius mulai muncul dan organisasi menyadarinya. Pada tahap ini, anggota organisasi baik karyawan maupun pimpinan manajemen telah mengetahui tanda-tanda akan terjadinya krisis. Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Di tahap ini, dimungkinkan mereka melakukan tindakan-tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap  penting. Pada tahap ini sebenarnya publik sudah menginformasikan dan melayangkan sebanyak 200 komplain mengenai tindakan rasis dan bullying. Namun, hal ini tidak dianggap menjadi potensi krisis oleh Channel 4.
b.        Tahap krisis (acute crisis)
Tahap krisis (acute crisis) terjadi ketika situasi tidak dapat dimanajemen dengan baik oleh organisasi sehingga situasi tersebut menyebar luas ke luar organisasi. Ini menjadi krisis dalam tahap kritis ketika Channel 4 diberhentikan dan membantah insiden tersebut berkali-kali bahwa jumlah pengaduan pergi ke 20.000 dan menyebabkan insiden diplomatik untuk pemerintah Inggris, ketika Menteri India untuk urusan eksternal mengatakan insiden itu menyebabkan kemarahan publik. Channel 4 menggunakan strategi menyangkal namun strategi ini dinilai salah karena perusahaan begitu jelas terlihat melakukan tindakan rasis.
Ofcom menegaskan 19.300 keluhan rekor untuk siaran televise dan sponsorship Big Brother, Carphone Warehouse menunda sponsor acara, mengutip kekhawatiran mengenai perilaku siaran individu dalam rumah hingga akhirnya Channel 4 mengumumkan bahwa ia akan membatalkan Celebrity Big Brother 2008.
c.         Tahap pascakrisis (post-crisis)
Terjadi ketika krisis sudah terakumulasi dan organisasi berupaya mempertahankan citranya. Pada masa ini organisasi berupaya untuk memperbaiki segala akibat yang ditimbulkan krisis (recovery).
Tahap ini terlihat ketika a Channel 4 juga akan melakukan peninjauan yang meliputi: pengangkatan editor dan meluncurkan suatu program yang benar,  memperkenalkan kebijakan baru secara tertulis dan menjelaskan bagaimana tindakan dan bahasa yang bersifat mengintimidasi .Channel 4 dan Endemol meminta maaf kepada publik dan menerima putusan Ofcom itu. Ofcom juga mengatakan Channel 4 mengirimkan perlu 'diperbaiki', mengatakan dewan harus meninjau program saluran untuk tetap setia pada prinsip-prinsip pelayanan publik.
Apa yang Perusahaan Lakukan dan Pelajaran yang diambil
Pelajaran apa yang kita dapatkan dari kasus ini adalah menghormati budaya lain dan sebagai sebuah perusahaan, harus difokuskan pada pelayanan publik dan tidak hanya fokus pada peningkatan uang. Strategi Denial juga tidak masuk akal jika bukti-bukti yang menyatakan dengan jelas dan strategi penolakan tidak hanya strategi untuk mempertahankan diri dari insiden lebih lanjut. Respon perusahaan dinilai tidak tepat dengan terus menyanggah dan melakukan pembelaan tanpa memberikan kejelasan terhadap komplain publik, perusahaan juga tidak secara cepat mengklarifikasi dan meminta maaf atas tindakan rasis dan bullying di program Celebrity Big Brother.
Perusahaan tidak menerapkan prinsip worst case scenario  dengan baik terbukti dengan respon buruk mengenai krisis yang terjadi dan harapan publik tidak terpenuhi karena angka komplain justru terus meningkat. Bukannya meminta maaf justru terus menyangkal dan tidak memberikan respon terhadap komplain yang publik sampaikan. Rencana komunikasi krisis juga tidak dimiliki oleh Channel 4, mereka tidak mengetahui isu-isu potensial yang bisa menyebabkan krisis pada saat itu hingga menyebar pada konflik diplomatis.
Pendekatan komunikasi dan hukum tidak dilakukan secara bijak oleh Channel 4 karenan melanggar kode etik dan tidak mementingkan kepentingan publik hanya keuntungan semata
REFERENSI :
Kriyantono, Rachmat. 2012. Public Relations & Crisis Management. Jakarta: Kencana
Regester, M & Larkin, J. 2008. Risk Issues and Crisis Management in Public Relations: A Casebook of Best Practice. London: Kogan Page

Rabu, 25 Maret 2015

ANALISIS KASUS PRODUK TYLENOL JOHNSON & JOHNSON

MOHAMAD FAISAL ISLAM
125120202111007
Pada umumnya situasi krisis membuat reputasi perusahaan menjadi memburuk namun tidak pada kasus tylenol milik Johnson & Johnson yang justru mendapatkan dukungan dan pujian publik serta mengubah situasi krisis menjadi sebuah kesempatan.
Isu eksternal melanda Johnson and Johnson terkait dengan kasus tylenol yang merupakan deffensive issue yaitu isu-isu yang cenderung memunculkan ancaman terhadap organisasi (Kriyantono,2012:158). Isu ini muncul karena harapan publik yang tidak terpenuhi mengenai produk tylenol yang seharusnya menyehatkan konsumennya tapi justru menyebabkan kematian karena kandungan sianida di daerah Chicago pada bulan September 1982. Pada awalnya hanya tiga kematian yang terjadi akibat dari keracunan sianida. Seiring berita yang semakin menyebar, sebanyak 250 kematian dan penyebab sakit di beberapa bagian di Amerika yang dicurigai sebagai bagian dari pola penyebaran. Meskipun sebenarnya pernyataan dari media sendiri adalah lebih dari 2500.
Isu muncul karena media memberitakan 3 kematian dan 250 kematian serta penyebab sakit akibat kandungan sianida dalam tylenol tersebut. Isu ini berkembang menjadi krisis yang yang awalnya terlihat seperti krisis produk tamper yaitu krisis disebabkan oleh kesalahan produk,seperti produk yang mengandung zat berbahaya (Kriyantono, 2012:178). Namun, pada perjalanannya ternyata krisis ini disebabkan oleh faktor malevolence.
Menurut Regester & Larkin (2008) dikutip dari Kriyantono (2012:159-161) kasus Tylenol pada perusahaan Johnson &Johnson ini dapat dikategorikan ke dalam beberapa tahap isu, yaitu :
1.      Tahap origin (potential stage).
Pada tahap ini, seseorang atau sekelompok orang mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Tahap ini berawal dari pemberitaan media massa mengenai 3 kematian dan disusul dengan 250 kematian dan penyebab sakit dikarenakan kandungan sianida pada produk tylenol milik Johnson & Johnson.
2.      Tahap mediation dan amplifying (imminent stage/emerging)
Di tahap ini isu sudah mempunyai dukungan publik, yaitu ada kelompok yang lain saling mendukung dan memberi perhatian. Kasus ini menarik perhatian Wall Street Journal yang menulis: “perusahaan lebih memilih untuk kehilangan dalam jumlah yang besar daripada mengambil resiko hingga lebih banyak orang yang terkena”. Sehingga membuat gerakan “anti-perusahaan” mengalami kesulitan dalam mengkuadratkan teori-teori yang melebih-lebihkan (provokator) dalam kasus tylenol ini. Tahap mediasi tidak begitu terlihat begitu meletup karena respon Johnson & Johnson yang cukup baik. 
3.      Tahap organization (current stage dan crtical stage)
Pada tahap ini publik sudah mulai mengorganisasikan diri dan membentuk jaringan-jaringan.  Current stage : isu berkembang menjadi lebih populer karena media massa memberitakannya berulang kali dan berbagai interaksi di media sosial dan jaringan. Critical stage : publik mulai terbagi dalam dua kelompok setuju dan menentang. Pada tahap ini media massa cukup menaruh perhatian ada Johnson & Johnson namun bukan justru menyerang Johnson & Johnson tapi memberikan apresiasi terhadap perusahaan tersebut. Isu ini dapat diputar balik oleh Johnson & Johnson menjadi kesempatan bukan justru menjadi tahap jatuhnya reputasi.
Johnson & Johnson menarikan kembali jutaan botol kapsul Tylenol. Perusahaan melaporkan bahwa mereka menghabiskan setengah juta dollar dalam memberitahu pihak dokter, rumah sakit dan distributor mengenai bahaya yang mungkin terjadi (Regester & Larkin,2008). Hal ini membuktikan bahwa Johnson & Johnson bertindak cepat saat krisis terjadi dan memiliki skenario kemungkinan terburuk dan bertanggung jawab atas publik mereka. 
4.      Tahap resolution (dormant stage) :
pada dasarnya organisasi dapat mengatasi isu dengan baik  dan pemberitaan media mulai menurun. Meskipun Johnson & Johnson mengalami kerugian karena menarik kembali produknya dan menginformasikan ke berbagai pihak tapi respon Johnson & Johnson dalam mengatasi isu sangat baik dengan menomorsatukan publiknya dibandingkan dengan reputasi sehingga ketika kepercayaan publik telah didapatkan kembali reputasi baik juga akan menyusul setelahnya. 
Jenis dan Tahapan Krisis
Awalnya krisis ini terlihat seperti krisis yang disebabkan oleh produk tamper namun setelah diteliti krisis ini diakibatkan oleh malevolence yaitu kejadian dimana seseorang atau sekelompok orang mempunyai keinginan untuk menjatuhkan dan membahayakan perusahaan (Kriyantono,2012:177).
kategori krisis karena indikator berikut yang dikutip dari Kriyantono (2012:174), yaitu :
a.       Peristiwa yang spesifik : kematian 7 orang akibat kandungan sianida pada tylenol
b.      Krisis bersifat tidak diharapkan dan dapat terjadi setiap saat : situasi ini baru diketahui setelah ada korban dan diinformasikan oleh media massa.
c.       Krisis menciptakan ketidakpastian informasi :
d.      Menimbulkan kepanikan :isu yang berkembang membuat konsumen berhati –hati dan mengasosiasikan tylenol dengan produk beracun.
e.      Menimbulkan dampak bagi operasional organisasi : dengan menarik seluruh produk tylenol perusahaan Johnson & Johnson mengalami kerugian
f.        Berpotensi menimbulkan konflik : johnson & Johnson memanajemen isu dengan baik sehingga tidak sempat menimbulkan konflik
Krisis di perusahaan Johnson & Johnson ini bisa dimasukkan ke dalam tahapan isu yakni :
a.         Tahap pra krisis (pre-crisis)
Tahap pra krisis terjadi ketika situasi serius mulai muncul dan organisasi menyadarinya. Pada tahap ini, anggota organisasi baik karyawan maupun pimpinan manajemen telah mengetahui tanda-tanda akan terjadinya krisis. Pada tahap ini, seseorang atau kelompok mengekspresikan perhatiannya pada isu dan memberikan opini. Di tahap ini, dimungkinkan mereka melakukan tindakan-tindakan tertentu berkaitan dengan isu yang dianggap  penting. Diberitakannya produk tylenol yang mengandung sianida dan awalnya menyebabkan 3 kematian hingga jumlah akhir diberitakan yakni 7 korban diikuti sebelumnya dengan pemberitaan 250 kematian dan penyebab sakit telah menyita perhatian publik dan konsumen lalu menyadari dan berhati-hati bila Tylenol telah mengandung racun.
b.        Tahap krisis (acute crisis)
Tahap krisis (acute crisis) terjadi ketika situasi tidak dapat dimanajemen dengan baik oleh organisasi sehingga situasi tersebut menyebar luas ke luar organisasi. Krisis terjadi di eksternal perusahaan Johnson & Johnson dan lebih dahulu diketahui oleh media. Produk tylenol diduga menjadi penyebab kematian 7 orang dan diberitakan oleh media massa merupakan penyebab dari 250 kasus kematian dan penyebab sakit.
c.         Tahap pascakrisis (post-crisis)
Terjadi ketika krisis sudah terakumulasi dan organisasi berupaya mempertahankan citranya. Pada masa ini organisasi berupaya untuk memperbaiki segala akibat yang ditimbulkan krisis (recovery). Johnson & Johnson menarik semua produk tylenol dan melakukan pengujian  8 juta tablet, Johnson & Johnson’s menemukan tidak lebih dari 75 tablet yang terkontaminasi dan semua berasal dari satu kumpulan. Perusahaan melaporkan bahwa mereka menghabiskan setengah juta dollar dalam memberitahu pihak dokter, rumah sakit dan distributor mengenai bahaya yang mungkin terjadi. Pada saat yang sama, Wall Street Journal menulis: “perusahaan lebih memilih untuk kehilangan dalam jumlah yang besar daripada mengambil resiko hingga lebih banyak orang yang terkena. Perusahaan juga mengumumkan bahwa orang gila yang sudah mengkontaminasi kapsul sudah ditangkap.
Pada saat yang sama pemerintah Amerika dan otoritas lokal di Chicago dan sekitarnya mendesak adanya hukum baru tentang keamanan obat. Johnson & Johnson’s melihat peluang pemasaran dan mengambil kesempatan ini  dengan memojokkan pesaing mereka dengan pasar analgesik senilai $1,2juta. Ini merupakan hal pertama dalam suatu industri, setelah penarikan kembali, untuk memenuhi ‘mandat nasional’ untuk memperbaiki pengemasan yang kedap dan regulasi baru yang dikenakan oleh FDA Amerika (Badan Obat dan Makanan). Johnson & Johnson’s kemudian meluncurkan produk mereka dan memenangkan Silver Anvil Award dari Public Relations Society of America untuk penanganan krisis yang sudah mereka lakukan. Selama lima bulan bencana terjadi, perusahaan sudah memulihkan 70% dari sepertiga saham mereka dalam pasar.
Apa yang Perusahaan Lakukan dan Pelajaran yang diambil
Langkah Johnson & Johnson sangat baik dalam situasi krisis ini, mereka membuktikan bahwa publik mereka lebih penting sehingga krisis bisa menjadi sebuah kesempatan besar bagi Johnson & Johnson bukan menjadi musibah. Beberapa respon yang sudah dilakukan Johnson & Johnson yaitu :
1.      Menarik semua produk tylenol di Amerika dan melakukan pengujian terhadap 8 juta tablet
2.      Bertanggung jawab atas perawatan rumah sakit para korban
3.      Mematuhi peraturan baru FDA untuk memperbaiki pengemasan yang kedap dan regulasi baru yang dikenakan oleh FDA Amerika (Badan Obat dan Makanan). Johnson & Johnson’s kemudian meluncurkan produk mereka dan memenangkan Silver Anvil Award dari Public Relations Society of America untuk penanganan krisis yang sudah mereka lakukan.
Perusahaan telah menerapkan prinsip worst case scenario  dengan baik terbukti dengan respon cepat dari Johnson & Johnson dan mereka mengerti langkah apa yang seharusnya diambil. Kepentingan publik juga dinomorsatukan dalam kasus ini daripada reputasi sehingga bukannya diserang oleh media tapi justru mendapatkan apresiasi dari media massa. Perusahaan juga membayar semua biaya rumah sakit para korban sebagai bentuk tanggung jawab. Publik merasa cemas dan berhati-hati pada produk tylenol milik Johnson & Johnson namun, perusahaan mengantisipasi hal tersebut dengan memberikan informasi kepada pihak dokter, rumah sakit dan distributor mengenai bahaya yang mungkin terjadi. Selain itu, perusahaan juga menarik seluruh produk tylenol di Amerika sehingga kepercayaan dan harapan publik cukup terpenuhi.
Rencana komunikasi krisis telah dimiliki oleh Johnson & Johnson dan terlihat ketika diawal isu muncul dengan memberitahukan akan menarik seluruh produk tyenol lalu menginformasikan kepada dokter, rumah sakit, dan distributor mengenai bahaya yang mungkin terjadi untuk mengambil sikap antisipasi dan agar tidak menjatuhkan banyak korban jiwa lainnya.
Pendekatan komunikasi dan hukum secara bijaksana sudah dilakukan oleh Johnson & Johnson dengan bertanggung jawab atas kematian dan korban sakit lainnya. Selain itu, perusahaan juga mematuhi peraturan baru yang diberlakukan oleh FDA terkait kemasan. Hal ini menunjukkan kredibilitas Johnson & Johnson dimata publiknya. Segala yang dilakukan oleh Johnson & Johnson sangat baik dibuktikan dengan penghargaan yang mereka dapat yaitu Anvil Award dari Public Relations Society of America karena penanganan krisis yang baik oleh Johnson & Johnson. Perusahaan juga berhasil memenangkan kembali kepercayaan publik dibuktikan dengan memulihkan 70% dari sepertiga saham mereka dalam pasar selama lima bulan.
REFERENSI :
Kriyantono, Rachmat. 2012. Public Relations & Crisis Management. Jakarta: Kencana
Regester, M & Larkin, J. 2008. Risk Issues and Crisis Management in Public Relations: A Casebook of Best Practice. London: Kogan Page